Dari Esteban dan Roman Untuk Arema

Arema Indonesia vs Persijap Jepara 3-1 (2-0)

Arema meraih tiga poin penting dalam persaingan di jalur juara setelah mengalahkan Persijap Jepara di Stadion Kanjuruhan, Rabu (24/3).





Pemain-pemain Arema merayakan gol kedua Roman Chmelo ke gawang Persijap. Arema menang 3-1 dan kokoh di puncak klasemen. (foto: Adi Kusumajaya)


Pencetak Gol: Esteban 1, Roman Chmelo 37, 46 (Arema), Iswanto 64 (Persijap)


Susunan Pemain:

Arema:
1-Kurnia Meiga, 21-Irfan Raditya, 24-Pierre Njanka (10-Roni Firmansyah), 3-Zulkifli (37-Juan Revi), 7-Beny Wahyudi, 17-Esteban, 19-Ahmad Bustomi, 5-Fakhrudin (41-Dendi Santoso), 6-Ridhuan, 9-Roman Chmelo, 14-Rachmat Affandi


Persijap: 82-Danang Wihatmoko, 4-Evaldo, 5-Kasiadi (26-Iswanto), 3-Isdiantono (7-Danan Puspito), 24-Ferli Laala, 18-Nurul Huda, 21-Bona Simanjutak (19-Johan Juansyah), 27-Dony Siregar, 22-Phaiton Thiabma, 13-Eki Nurhakim, 20-Pablo Frances



Pada pertandingan yang dipimpin oleh wasit Fiator Ambarita itu, Esteban menyumbang satu gol sementara Roman Chmelo memborong dua gol Arema. Tim tamu hanya mampu membalas satu gol melalui Iswanto pada pertengahan babak kedua.


Tampil di hadapan ribuan Aremania dengan tuntutan harus menang setelah selisih poin di papan atas semakin tereduksi, Arema unggul cepat ketika pertandingan baru berjalan satu menit melalui tendangan bebas gelandang asal Uruguay, Esteban.


Gol cepat Esteban tersebut meruntuhkan mental bertanding pemain-pemain Persijap sekaligus membuat Arema semakin termotivasi dan menguasai pertandingan.


Absennya Noh Alam Shah sebagai ujung tombak tidak membuat lini depan Arema tumpul, bahkan Arema mampu menggandakan keunggulan pada menit ke 37 melalui Roman Chmelo yang bertahan hingga babak pertama berakhir.


Awal babak kedua seperti ulangan babak pertama. Baru satu menit pertandingan berjalan, gawang Persijap kembali bergetar melalui Roman Chmelo. Itu merupakan gol ke 9 Roman musim ini yang menyamai jumlah gol striker Arema, Noh Alam Shah.


Persijap sempat memperkecil kedudukan menjadi 1-3 pada menit ke 64 melalui gol Iswanto yang berawal dari kemelut di depan gawang Arema.


Hingga babak kedua berakhir, Arema mampu mempertahankan keunggulan dan meraih tiga poin atas Persijap yang membuat posisi Singo Edan kini berselisih tiga angka dengan Persiba Balikpapan yang bermain imbang 1-1 lawan Persitara. (onn/zul)

sumber : http://www.ongisnade.net/2010/03/24/dari-esteban-dan-roman-chmelo-untuk-arema-indonesia/

BANGKIT, AREMAKU

Untuk pertamakalinya musim ini Arema mengalami dua kekalahan beruntun saat away ke Persib Bandung dan Sriwijaya FC dengan skor identik, 1-0.



Ayo Along! Ekspresi kekecewaan striker Arema, Noh Alam Shah. (foto: Adi Kusumajaya)

Dua pertandingan tidak menambah satu pun poin membuat rival-rival Arema di papan atas semakin mendekat -bahkan hampir menggeser- posisi Singo Edan di puncak klasemen.

Persiba Balikpapan yang sempat tertinggal sembilan angka kini tinggal terpaut satu poin saja. Tim berjuluk Beruang Madu itu bahkan bisa mengkudeta status pemuncak klasemen milik Arema bila menang atas Persipura Jayapura. Namun karena Persiba hanya bermain imbang tanpa gol, perolehan poin Persiba pun berhenti di angka 47, tepat satu strip di bawah Arema.

Potensi ancaman juga datang dari Persipura Jayapura. Juara bertahan Liga Super itu memainkan 25 pertandingan dengan raihan poin 46, berselisih dua angka dengan Arema dan menyimpan satu home di Papua menjamu Noh Alam Shah dkk, 24 April mendatang.

Bila kita kembali ke awal musim, prestasi Arema saat ini merupakan sebuah “anomali” kompetisi ketika sebuah tim dengan persiapan mepet, bermaterikan pemain muda dan lokal yang belum punya nama besar di persepakbolaan nasional, dan beberapa kali -bahkan masih- menghadapi krisis finansial mampu menjadi pemuncak klasemen dan bersaing di jalur juara ketika kompetisi memasuki pekan-pekan krusial di akhir musim.

Selama putaran pertama, Arema dianggap sebelah mata tim-tim lain dan tampil lepas tanpa beban justru mengejutkan dan mengalahkan lawan-lawannya, baik kandang: Persija (1-0), Persipura (2-1), Sriwijaya FC (3-0), Persebaya (1-0), PSM Makassar (3-0) Persema Malang (3-1) dan Persik Kediri (3-0). Di kandang lawan pun Arema menjadi yang terbaik di Liga Super berkat catatan kemenangan atas Bontang FC (2-1), Persisam Samarinda (1-0), Pelita Jaya (2-0), Persijap Jepara (1-0), PSM Makassar (2-0), Persik Kediri (1-0), dan Persema Malang (3-1).



Kuda hitam: Tak diperhitungkan di awal musim, Arema kini di jalur juara. (foto: Adi Kusumajaya)



Setelah Arema berstatus juara paruh musim dan terus bertengger di puncak klasemen hingga pertandingan ke 24, seluruh tim Liga Super -terutama tim-tim papan atas yang mengincar gelar juara- kini mewaspadai kekuatan Arema. Contoh paling konkret adalah bagaimana Persib Bandung mematok kemenangan atas Arema sebagai “harga mati” bila masih ingin juara musim ini.


Persib pun sukses melakukan strategi mengunci kreator serangan Arema seperti Fakhrudin dan Ridhuan di kedua sayap, serta Roman Chmelo di tengah dan Noh Alam Shah di lini depan.


Hasilnya bisa dilihat, Fakhrudin kini tak lagi bebas liar bergerak di sayap kiri untuk mencetak 6 gol di putaran pertama yang kemudian diikuti selebrasi khasnya: goyang gergaji. Ridhuan pun tak sebebas putaran pertama karena semua lawan telah memotong alur umpan-umpan dari Ridhuan kepada kompatriotnya asal Singapura, Noh Alam Shah.


Harus diakui pula Persib Bandung memiliki pemain-pemain lokal berstatus timnas, bahkan di bangku cadangan sekalipun, seperti Budi Sudarsono. Pengalaman dan kualitas pemain asing Maung Bandung juga termasuk kategori yang terbaik di Indonesia, seperti Cristian Gonzales, Hilton Moreira, hingga pemain baru asal Jepang, Satoshi Otomo. Sama halnya dengan Sriwijaya FC yang memiliki Ponaryo Astaman dan Pavel Solomin yang memberi kontribusi besar ketika dimasukkan sebagai pemain pengganti. Hal itulah yang tidak dimiliki Arema.



Bagaimana meneer? Pelatih Robert Alberts tampak berdiskusi dengan dua pemain Arema, Roman Chmelo dan Noh Alam Shah. (foto: Adi Kusumajaya)


Penampilan pemain-pemain Arema yang mampu mengimbangi permainan dua tim kelas atas di Indonesia memang patut mendapat apresiasi. Di Bandung Arema kalah dari gol tunggal dari set piece, sedangkan di Palembang kecerdikan individu Keith Kayamba Gumbs menjadi pembeda di akhir pertandingan.



Namun mengimbangi permainan lawan dan memberi perlawanan saja tidak cukup karena kekalahan berakibat sama: nihil poin. “Football is a results business, that’s how we are judged,”


Nasib Arema saat ini hampir sama dengan Arsenal. Disepelekan di awal musim, tapi mampu bersaing di jalur juara ketika mendekati akhir kompetisi. Meski cukup timpang membandingkan kualitas kompetisi dan komposisi pemain antara Arsenal dan Arema, tapi Arsene Wenger punya filosofi menarik dengan situasi ini.


“People don’t realise how young we are. We are not under any special pressure because we are beyond expectation. The only thing we can do is master our own results,”


Tetap fokus pada pertandingan berikutnya menjadi pilihan terbaik bagi Arema saat ini. Itulah salah satu alasan kenapa ONGISNADE tidak pernah melakukan hitung-hitungan berapa poin lagi Arema akan juara. Hal itu justru menjadi beban dan berujung pada bumerang kepada tim karena faktanya tidak akan ada tim yang dengan mudah memberikan tiga poin begitu saja untuk Arema, kandang maupun tandang.



Klasemen tak akan bohong: Arema juara paruh musim dan masih tetap di puncak klasemen, akankah bertahan hingga akhir kompetisi? (foto: Adi Kusumajaya)



Hal itu pula yang selalu ditekankan oleh pelatih Arema, Robert Alberts. “Kami tidak pernah membicarakan berapa poin untuk juara. Pemain selalu kami tekankan untuk fokus ke setiap pertandingan, meraih kemenangan dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya. Tim seperti Manchester United bukan tidak pernah kalah. Tetapi mereka mampu mempertahankan performa dan konsistensi sehingga tetap bertahan di jalur juara,”


Lantas, haruskan Arema melepaskan target besar seperti di awal musim untuk kembali bermain lepas? Itu bukan pilihan bijak karena waktu telah berjalan dan membuktikan Arema mampu bersaing di jalur juara. Ataukah karena tekanan berlebihan dengan ekspektasi tinggi untuk juara? Tidak juga karena sepakbola selalu sejajar dengan ekspektasi dan tekanan, tak hanya di papan atas, tapi juga di zona degradasi.


Yang menarik adalah, bagaimana Arema dan Aremania merespon dua kekalahan beruntun di Bandung dan Sriwijaya sebagai pelecut semangat dan motivasi di sisa pertandingan musim ini. Juga sebagai peluit yang membangunkan kita dari keterlenaan akan nikmatnya berada di puncak klasemen. (*)



sumber : http://www.ongisnade.net/2010/03/22/editorial-bangkit-arema

LAGU OF THE WEEK

ini lagu yang sering aku puter dalam minggu-minggu ini, aku paling sering muter lagu "21 Guns - Green day feat. American Idiot Musical Cast" bagus ini lagu.



Berbeda dengan lead single album “21st century breakdown” yang rock-punk, ‘21 Guns’ menyuguhkan lagu dengan tempo slow. Mendengarkannya akan membuat kita merasakan pada perasaan bersalah. Seperti guilty pleasure yang begitu besar, kebingungan, ketakutan, menyedihkan, dan begitu menderita.

Seperti seorang prajurit yang membela negara namun tidak ingin menyakiti org yang tidak bersalah, orang awam. Bimbang, dan pada awal lagu terdapat lirik yang menyaratkan pertanyaan besarDo you know what’s worth fighting for…? when its not worth dying for?

‘21 guns’ mampu menyentuh perasaan orang dengan lirik yang sarat akan makna, cukup membingungkan dan juga menyayat hati. Petikan gitar klasik ala Green Day seperti pada lagu ‘Boulevard of broken dreams’ menambah kesan emosial yang amat kuat dari lagu ini.

Billy joe mampu menyampaikan perasaannya dengan baik ketika menulis lagu ini ke pendengar. Tidak begitu sulit untuk menikmati ‘21 guns’ karena lagu ini akan mengalir dengan sendirinya.

ps: perhatikan penempatan lagu ini di beberapa scene film Transformers 2. Cara paling mudah untuk menyimpulan isi track ini…

Lyrics “21 guns”

Do you know what’s worth fighting for,
When it’s not worth dying for?
Does it take your breath away
And you feel yourself suffocating?
Does the pain weigh out the pride?
And you look for a place to hide?
Did someone break your heart inside?
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

When you’re at the end of the road
And you lost all sense of control
And your thoughts have taken their toll
When your mind breaks the spirit of your soul
Your faith walks on broken glass
And the hangover doesn’t pass
Nothing’s ever built to last
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

Did you try to live on your own
When you burned down the house and home?
Did you stand too close to the fire?
Like a liar looking for forgiveness from a stone

When it’s time to live and let die
And you can’t get another try
Something inside this heart has died
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky (x2)

you and I.


jalan-jalan di alun-alun Purwokerto

lagi-lagi maen ke purwokerto dan jalan-jalan lagi.hehehehe
kali ini jalan-jalan ke alun-alun, gak afdol kalo jalan-jalan enggak foto-foto, ini sedikit foto pas jalan-jalan di alun-alun purwokerto :)


tetep aja yang cakep aku..hahaha

ini namanya dek.......??? lupa aku ^.^

ini foto ma dek.icha yang lagi latihan jalan :)

sama-sama imutzzz :)

cantikan siapa ini?????

banie kalah cantik :P

orang kesasar :D


tetep aja yang paleng cakep aku :D


ternyata lu'lu bisa bergaya??? hahaha

banie kentut ya ka ???? hahaha

yang paling depan yang paling cantik..hehehe

ayune rek....

banie n lu'lu