Up Close & Personal Edisi Spesial : Ridhuan Muhamad
Ridhuan Muhamad menjadi salah satu pemain Arema yang langsung memikat hati Aremania pada musim pertamanya di Indonesia. Simak Ridhuan eksklusif di Up Close and Personal Ongisnade.
Musim pertama Ridhuan merasakan atmosfer sepakbola Indonesia. (foto: Adi Kusumajaya)
Siapa Aremania yang tidak kenal dengan Ridhuan? Eksplosif di sayap dengan umpan-umpan silang akurat, kemampuan dribel dan kecepatannya menjadi warna tersendiri di tim Arema musim ini. Akhir pekan kemarin, pemain asal Singapura itu berkunjung ke Ongisnade Store.
Bila kita melihat kembali ke awal musim, Ridhuan bukan pemain yang “direncanakan” tiba di Malang karena saat itu Arema akan mengontrak tiga pemain asal Singapura, yakni Noh Alam Shah, Mustafic Fahrudin, dan Baihakki Khaizan.
Dua nama terakhir akhirnya lepas dan memilih bergabung ke klub ibukota, Persija Jakarta. Alam Shah akhirnya memilih rekan setimnya di Tampines Rovers, Ridhuan Muhamad, untuk diajak serta ke Arema.
Singaporean Style: Ridhuan ingin juara bersama Arema. (foto: Adi Kusumajaya)
Pilihan Alam Shah tidak salah. Beberapa musim tampil bersama membuat kolaborasi duo Singapura ini di sektor serangan Arema terbukti berperan besar membawa Singo Edan yang bermaterikan pemain-pemain lokal dan muda usia menjadi juara paruh musim dan hingga kini bersaing di jalur juara Liga Super Indonesia 2009/10.
Bagaimana pendapat Ridhuan mengenai awal karirnya di S-League, timnas Singapura, dan Arema? Bagaimana pula komentarnya tentang perjalanan Arema Indonesia musim ini? Berikut penuturan pemain yang gemar masakan Padang ini kepada ONGISNADE pada rubrik Up Close & Personal.
Meski belum pernah meraih gelar juara liga di Singapura, Ridhuan tertantang untuk meraihnya di Indonesia bersama Arema. (foto: Adi Kusumajaya)
Tahukah anda selain menjadi gelandang sayap, Ridhuan pernah bermain di posisi bek sayap. Tapi pemain berusia 24 tahun itu lebih suka bermain di sayap karena lebih berkarakter menyerang. “Aku lebih suka main di posisi winger. Pernah dulu bermain di posisi bek sayap, tapi kemudian aku selalu main di sayap, mulai di Young Lions, timnas junior, sampai timnas senior sekarang, tentunya juga di Arema,”
Dua kekalahan beruntun Arema dari Persib Bandung dan Sriwijaya FC menjadi catatan serius bagi Ridhuan karena selisih poin di papan atas semakin tipis sementara dia sendiri mengaku sangat ingin membawa Arema juara musim ini.
“Pastinya tidak enak ketika kalah karena tidak ada pemain yang ingin timnya kalah. Apalagi saat itu Arema kalah dua kali berturut-turut pertamakalinya musim ini. Kekalahan itu juga membuat selisih poin di papan atas semakin tipis. Tapi pemain tidak larut dalam kekalahan dan membuktikan bisa bangkit lawan Persijap. Semoga di pertandingan berikutnya kita juga bisa ambil poin penuh,”
Duo Singapura di Arema: Ridhuan Muhamad dan Noh Alam Shah. (foto: Adi Kusumajaya)
Dari dua tim yang saat ini bersaing dengan Arema di puncak klasemen, Persiba Balikpapan dan Persipura Jayapura, Ridhuan lebih mewaspadai kekuatan Mutiara Hitam yang dinilainya memiliki pemain-pemain berpengalaman di Liga Super.
“Persipura punya pemain-pemain berkualitas dan berpengalaman di Indonesia, apalagi jumlah pertandingan mereka juga sama dengan Arema, mereka juga masih memiliki satu jadwal kandang menjamu Arema. Sedangkan untuk Persiba Balikpapan mereka sudah bermain dua pertandingan lebih banyak dari kita, jadi yang lebih berbahaya bagi posisi Arema adalah Persipura,”
Yang menarik, Ridhuan juga mengikuti perjalanan Persipura di Liga Champions Asia, dimana juara Indonesia itu justru menuai malu dengan menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya di penyisihan grup.
“Menurutku itu bukan karena faktor kualitas pemain atau lawan yang dihadapi, tapi lebih kepada mental. Kita tahu bagaimana mental pemain di sini yang selalu patah semangat terlebih dulu sebelum bertanding, khususnya ketika menghadapi pertandingan away,”
Faktor cuaca dingin yang dikeluhkan Persipura ditampik oleh pemain bernomor punggung 6 di Arema itu, “Aku pernah main di cuaca dingin dan itu memang kondisi yang sulit sekali untuk setiap pemain mengeluarkan permainan terbaiknya. Tapi untuk kalah 0-9 aku tidak pernah. Menurutku skor itu terlalu mencolok dan menunjukkan pemain tidak menunjukkan semangat bertanding,”
Ridhuan saat beraksi pada pertandingan Arema vs PSM Makassar. (foto: Adi Kusumajaya)
Bermain di tim dengan materi pemain-pemain muda, membuat Ridhuan makin bersemangat karena rekan-rekan setimnya menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan memenangkan pertandingan. Menurut Ridhuan, salah satu pemain muda Arema dengan perkembangan cukup pesat adalah striker timnas U-23, Dendi Santoso.
“Dendi Santoso bagus, dia masih muda dan lincah. Dia bisa bermain di sayap, gelandang serang, atau striker. Menurutku di Arema dia adalah salah satu pemain yang bertipikal menyerang dan bisa memberi umpan-umpan crossing yang berbahaya, selain aku tentunya,” ujar Ridhuan sambil tertawa.
“Fakhrudin juga bagus, meski dia sudah tidak terlalu muda lagi. Di putaran pertama lalu dia tampil sangat baik karena bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Setahuku musim lalu dia jarang main di tim inti pada klub lamanya, jadi mungkin dia hanya butuh kesempatan saja,”
Selebrasi Ridhuan saat mencetak gol pertamanya untuk Arema saat lawan Persema. (foto: Adi Kusumajaya)
Di putaran dua ini, Arema memang tidak banyak mendatangkan pemain baru seperti tim-tim lain di Indonesia yang jor-joran menggaet pemain asing. Namun Ridhuan menilai Arema melakukan pembelian yang tepat pada gelandang berpengalaman asal Uruguay, Esteban Guillen. Tidak hanya mampu berperan sebagai gelandang bertahan, Esteban juga bisa menjadi stopper. Dua gol dari tendangan bebas juga sudah disumbangkan mantan kapten Persikota Tangerang dan PSMS Medan itu.
“Menurutku Arema mendapatkan pemain yang tepat pada Esteban. Meskipun baru gabung di putaran dua, dia sudah cetak dua gol lewat set piece. Menurutku dia memang pemain yang punya spesialisasi set piece atau tendangan bebas. Arema benar-benar tak salah pilih pemain,”
Pertandingan Arema menjamu Persitara Jakarta Utara (30/3) akan menjadi momen spesial dan sejarah klub-klub di Indonesia karena menurut rencana disaksikan langsung oleh pemimpin tertinggi negeri ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tampil di hadapan orang nomor satu bukan hal baru bagi Ridhuan karena selama berkarir di Singapura, ternyata pemimpin negara di sana sangat peduli dengan sepakbola dan sering menyaksikan langsung pertandingan klub dan timnas.
Tamu Kehormatan: Ridhuan kembali berkesempatan bermain di hadapan pemimpin negara saat Presiden SBY menyaksikan langsung pertandingan Arema vs Persitara di Stadion Kanjuruhan. (foto: Adi Kusumajaya)
“Di Singapura aku sering bermain di hadapan presiden yang menonton langsung ke stadion. Tidak hanya waktu di timnas, tapi juga klub. Salah satunya final Piala Singapura yang saat itu Alam Shah terlibat insiden dengan Daniel Bennett. Luar biasa bukan ketika Alam Shah melakukan hal itu di hadapan presiden yang menonton,” guraunya.
“Presiden sangat peduli dengan sepakbola Singapura. Salah satunya saat dia mengundang seluruh tim untuk makan malam di istana kepresidenan setelah juara Piala AFF 2007. Saat itu aku juga ikut di tim,”
“Aku belum pernah juara S-League. Saat Tampines Rovers juara tahun 2005, aku masih bermain di Young Lions. Ketika pindah ke Tampines Rovers, gelar juara empat musim berturut-turut dikuasai SAFFC,”
“S-League semakin bagus dan menarik dengan beberapa tim asing yang juga ikut berkompetisi, seperti Albirex Niigata, Dalian Shide, dan musim ini kedatangan pendatang baru, Etoile FC. Di Singapura hanya ada sedikit klub yang dimiliki pemerintah, seperti SAFFC. Klub-klub kecil di daerah pinggiran murni dimiliki swasta, bukan government,”
Di level timnas, semester pertama tahun ini menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan bagi Ridhuan karena gagal membawa The Lions lolos ke Piala Asia 2011. “Jordania adalah pengalaman buruk bagiku, karena selain Singapura tersingkir dari kualifikasi Piala Asia 2011, aku juga sempat tertinggal di kamar bersama Baihakki ketika tim sudah berangkat ke stadion. Seandainya kami menang di kandang lawan Thailand, pasti Singapura sudah lolos ke Piala Asia,”
Di Ongisnade Store: Ridhuan menerima bingkisan dari Ongisnade. (foto: Adi Kusumajaya)
Ridhuan menambahkan, kegagalan timnasnya lolos ke Piala Asia sangat disesali oleh kompatriotnya di Arema, Noh Alam Shah. “Along bahkan sampai hampir nangis saat itu karena diusianya saat ini mungkin Piala Asia 2011 adalah kejuaraan internasional terakhir baginya bersama timnas. Dia memang belum mengumumkan akan pensiun, tapi dia sangat menyesal gagal lolos ke Piala Asia 2011,”
“Dia pemain yang berkarakter dan mau membimbing pemain muda. Di Liga Singapura dia dikenal sebagai pemain keras, kalau derby lawan SAFFC hampir pasti dia dapat kartu merah. Karakternya memang seperti itu, dia berasal dari daerah keras saat masih kecil. Tapi dia baik, sangat profesional, dan pemain yang hebat,” puji Ridhuan mengenai pemain yang mengajaknya bergabung ke Arema tersebut.
Siapa pemain Singapura yang menjadi idola Ridhuan? Tak lain adalah mantan bintang Singapura yang menjadi pelatih Pelita Jaya, Fandi Ahmad. “Dari dulu aku mengidolai Fandi Ahmad. Setelah dia jadi pelatih di Pelita Jaya, aku masih kontak sama dia, tapi tidak terlalu sering. Kalau pemain asing, idolaku Cristiano Ronaldo,” ujar Ridhuan sambil menata gaya rambutnya seperti bintang Real Madrid asal Portugal itu.
Cinta Malang: Ridhuan nai sepeda motor bersama Ongisnade. (foto: Adi Kusumajaya)
Yang jelas, Cristiano Ronaldo-nya Arema itu kini sangat menikmati hidup di Malang, bahkan mengaku ingin membeli rumah di Malang. Pemain yang suka jalan-jalan di Mal Olympic Garden (MOG) di waktu senggang itu juga telah menemukan banyak hal kesukaannya di Malang.
“Aku sangat senang di Arema dan kalau manajemen berminat untuk memperpanjangku musim depan, aku pasti akan pilih Arema. Kalau manajemen tidak perpanjang, mungkin aku akan cari klub lain, tapi bukan Persebaya. Atau mungkin aku ke Papua saja, di sana kan sepi, aku jadi bisa banyak menabung,” guraunya sambil tertawa.
“Kalau waktu senggang ga ada latihan atau pertandingan, aku lebih banyak di rumah saja, tapi kadang aku juga nonton ke 21, makan bakso bakar, atau beli es teler,” aku Ridhuan mengenai tempat, makanan, dan minuman favoritnya selama di Malang.
Kado Spesial: Ridhuan ingin ultahnya diikuti gelar juara Arema. (foto: Adi Kusumajaya)
Apa impian terbesar Ridhuan saat ini? Menjadikan bulan Mei sebagai momen paling istimewa dalam karirnya, yakni membawa Arema juara. Yang menjadi lebih spesial adalah tanggal 6 Mei mendatang adalah hari ulang tahun Ridhuan yang ke 26.
“Banyak juga pemain Arema lain yang nanti juga ulang tahun bulan Mei. Tapi kalau bisa juara, itu akan jadi gelar juara pertamaku tepat di bulan aku ulang tahun. Semoga nanti kita bisa angkat piala di Jakarta,” ujarnya. Semoga sukses Ridhuan, dan tercapai impianmu yang juga menjadi harapan seluruh Aremania. (onn/zul/adi)
Sumber` http://www.ongisnade.net/2010/03/28/ridhuan-muhamad-eksklusif-di-ongisnade-net/